MIPA; Curcumin berasal dari kunyit  yang secara ilmiah telah banyak dikenal dan terbukti sebagai obat antikanker, namun curcumin yang telah masuk dalam tubuh tidak dapat menyatu dan berfungsi sebagai obat antikanker. Demikian disampaikan tiga mahasiswa Program Studi  Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret FMIPA UNS Solo Indah Retnosari, Ikrima dan Amalia kepada wartawan pada hari Jumat (6/7/2018) di Gedung Rektorat kampus setempat yang berhasil mengembangkan material pembawa obat anti kanker, dengan  Paku besi sebagai material.

Dikatakan, penelitiannya dengan material paku besi yang dimodifikasi  dengan karbon dan biomakromolekul dekstran, atau dengan dialiri listrik hingga terkorosi dan bisa membawa obat yakni curcumin ,” penelitian kita itu, untuk mengembangkan material pembawa obat anti kanker, pembawa obatnya material dari paku,sedangkan obat anti kanker adalah  curcumin, jadi paku itu kita proses diberi aliran listrik, dan tegangan tertentu, sehingga pakunya terkorosi jadi bubuk berwarna orange, dimodifikasi dengan karbon dan dekstran biomakromolekul yang bisa diserap tubuh,” jelasnya.

Meski  diakuinya material yang diberi label “Super AnCur” baru diuji secara in-vitro, namun hasil penelitian tersebut dijamin aman bagi tubuh manusia, dan hasil penelitian yang mendapatkan pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa PKM Kemenristek Dikti,   telah dibahas dalam Seminar Nasional di Universitas Gajah Mada pada 12 Mei 2018, juga telah dipresentasikan di Seminar Nasional di UNS dengan thema Potensi Bahan Alam Hayati Sebagai Alternatif Penemuan Obat Baru, awal Mei yang mendapat banyak atensi dari peserta.

Sementara pada akhir Juli hingga Agustus 2018 mendatang, hasil penelitian tersebut akan dipresentasikan di ajang bergengsi Internasional Forum Material Research Society of Indonesia di Denpasar Bali.(Mnr/rri.co.id)