FMIPA UNS – Prof. Dr. Fahru Nurosyid, S.Si., M.Si. dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang Ilmu Kepakaran Fisika Material Sel Surya Organik pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas maret (UNS) Surakarta. Beliau dikukukah sebagai Guru Besar ke-35 pada Fakultas FMIPA dan ke-336 di UNS. Prof Fahru Nurosyid menyampaikan pidato inaugurasi berjudul “Pengembangan Material Alam dalam Inovasi Sel Surya sebagai Energi yang Rendah Karbon”.
Pengukuhan Prof. Fahru Nurosyid sebagai Guru Besar dilakukan oleh Rektor UNS, Prof. Dr. Hartono, dr., M.Si. pada hari Senin (10/2/2024) bertempat di Auditorium G.P.H. Haryo Mataram UNS. Acara pengukuhan Guru Besar menjadi bagian dalam agenda Sidang Terbuka Senat Akademik UNS.
Dalam pidatonya, Prof. Fahru Nurosyid menyampaikan perlunya energi yang rendah karbon. Energi terbarukan yang perlu ditingkatkan pemanfaatannya adalah pengembangan teknologi pembangkit listrik tenaga matahari. Hal ini dikarenakan tenaga matahari tersedia sangat melimpah, dimana setiap tahun bumi menerima energi surya sebanyak 23.000 TerraWatt, padahal menurut laporan energi dunia tahun 2009 hanyalah sebesar 16 TerraWatt dan diperkirakan tahun 2050 energi yang diperlukan sebesar 28 TerraWatt. Artinya, jika tenaga matahari dimanfaatkan maksimal, maka kebutuhan energi dunia dapat dicukupi dengan paparan sinar matahari hanya beberapa jam saja.

“Indonesia, yang dilalui oleh garis katulistiwa, memiliki potensi pemanfaatan sinar matahari yang sangat besar. Wilayah Indonesia selalu disinari matahari rata-rata 10-12 jam dalam sehari,” terang Prof. Fahru Nurosyid
Teknologi fotovoltaik adalah teknologi yang mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik menggunakan teknologi solar cell atau sel surya. Perkembangan teknologi sel surya diarahkan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan juga menurunkan biaya produksi.
Dye-Sensitized Solar Cells atau DSSC adalah sel surya generasi ketiga yang terdiri dari perangkat fotoelektrokimia yang menyerap cahaya matahari dengan pewarna dan mengubahnya menjadi energi listrik. Kelebihan dari DSSC adalah proses pabrikasinya yang murah, sederhana, bahannya murah, serta ramah lingkungan.
“Salah satu aplikasi DSSC yang sekarang banyak dikembangkan adalah pada Building Integrated Photovoltaics berupa solar window, sebuah jendela yang juga bisa berfungsi sebagai panel surya sekaligus sebagai pencahayaan alami yang tidak menghilangkan estetika dari sebuah bangunan,” ujar Prof, Fahru.
Prof. Fahru Nurosyid juga berkomitmen untuk terus mengembangkan riset modifikasi Dye alami antara lain dengan memperlebar serapan dye, meningkatkan koefisien serapan dan meningkatkan stabilitas dye. Hal ini dilakukan untuk memperoleh sel surya murah dengan efisisensi tinggi.
Pidato dan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Fahru mendukung ketercapaian SDGs nomor ke-7 “Energi Bersih dan Terjangkau” dan nomor 9 “Industri, Inovasi, dan Infrastruktur”. Riset dalam sel surya organik bertujuan untuk menyediakan solusi energi bersih, terjangkau, dan berkelanjutan. Riset tersebut mendukung inovasi dalam teknologi material, termasuk pengembangan sel surya organik, mendukung perkembangan teknologi yang berlanjutan. [Humas Fakultas MIPA UNS]