FMIPA UNS – Tim Dusun Binaan Himpunan Mahasiswa Farmasi (HMF) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berkolaborasi dengan tim Pengabdian Kepada Masyarakat Hibah Group Research (PKM HGR) Program Studi (Peodi) Farmasi bidang Technology and Drug Delivery melakukan penyuluhan seputar kesehatan, khususnya di bidang kefarmasian kepada masyarakat di RW 38, Dusun Kepuhsari, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta.
Kegiatan yang dilaksanakan selama dua bulan dari April hingga Juni 2025 mengambil tema DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan, dan Buang Obat dengan Benar). Tim Research Group bidang Technology and Drug Delivery diketuai oleh Prof. Dr. apt. Ahmad Ainurofiq, S.Si., M.Si. dengan anggota antara lain, apt. Hana Anisa Fatimi S.Farm., M.Pharm.Sci.; apt. Imam Prabowo S.Farm., M.Farm.; apt. Rizky Dwi Larasati M.S.Farm.; apt.Syaiful Choiri S. Farm., M.Pharm.Sci.
Acara diawali pada hari Minggu, 20 April 2025 dengan pemaparan materi oleh apt. Hana Anisa Fatimi, S.Farm., M.Pharm.Sci. selaku narasumber. Beliau menyampaikan berbagai informasi penting mengenai bagaimana cara mendapatkan obat secara legal dan aman melalui fasilitas kesehatan resmi seperti apotek, toko obat berizin, dan rumah sakit. Hana Anisa Fatimi juga menekankan bahaya mendapatkan obat dari sumber tidak jelas, termasuk praktik membeli obat secara daring tanpa resep dokter.
Tidak lupa warga diberikan panduan mengenali logo pada kemasan obat sebagai penanda legalitas dan jenis obat (obat bebas, bebas terbatas, keras, atau narkotika). Selain itu, warga juga diajak mengenali elemen penting dalam kemasan obat, mulai dari nama obat, komposisi, khasiat, efek samping, hingga kontraindikasi.

Dalam sesi “Gunakan”, peserta diberikan pemahaman tentang cara penggunaan obat yang sesuai dengan bentuk sediaannya. Misalnya, tablet dan kapsul harus ditelan dengan air putih, sementara obat sirup harus dikocok terlebih dahulu dan diminum dengan alat takar. Untuk obat luar seperti salep dan tetes mata, juga dijelaskan teknik pengaplikasian yang tepat agar obat bekerja secara efektif dan tidak menyebabkan efek yang tidak diinginkan. Selain itu, pada sesi ini peserta diedukasi tentang pentingnya mengikuti dosis, frekuensi, waktu konsumsi, dan cara pemakaian obat yang sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan.
Tidak kalah penting, sesi “Simpan” dan “Buang” mengingatkan peserta untuk menjaga kualitas obat dengan penyimpanan yang benar, jauh dari jangkauan anak-anak, tidak terkena cahaya langsung, dan tidak mencampur obat rusak dengan obat yang masih layak pakai. Di akhir sesi, apt. Hana juga menyampaikan cara membuang obat kedaluwarsa atau tidak terpakai.
Masyarakat diajak memahami bahwa membuang obat sembarangan ke toilet, sungai, atau tempat sampah umum dapat mencemari lingkungan. Masyarakat diperkenalkan pada metode pembuangan obat rumah tangga yang benar, seperti menghancurkan tablet atau kapsul, mencampurnya dengan bahan tidak menarik (ampas kopi, tanah, pasir kucing), lalu membuangnya ke tempat sampah tertutup. Jika memungkinkan, disarankan untuk mengembalikan obat ke apotek yang memiliki fasilitas pengelolaan limbah farmasi.
“Kami berharap seminar ini (dagusibu) menjadi pondasi kuat dalam menanamkan perilaku cerdas masyarakat memperoleh, menggunakan, menyimpan, dan membuang obat dengan benar. Dan yang tidak kalah penting adalah memicu perubahan positif dalam pola pikir dan kebiasaan masyarakat terkait kesehatan, “ ujar Hana kepada tim dari mipa.uns.ac.id pada Jumat (11 Juli 2025).

Pada Selasa, 13 Mei 2025 dilaksanakan kegiatan Sosialisasi Swamedikasi di tempat yang sama yaitu di RW 38, Dusun Kepuhsari, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Sosialisasi ini sebagai lanjutan dari seminar DAGUSIBU yang telah dilaksanakan pada bula April yang lalu. Kegiatan sosialisasi disampaikan oleh perwakilan tim mahasiswa yaitu Khusnul Ergina Reswari dan Shafa Nadira Putri A.
Pada kegiatan ini menekankan bahwa prinsip swamedikasi bukan hanya tentang mengonsumsi obat sendiri, tetapi juga tentang mengetahui obat apa yang tepat, dosisnya, serta kapan kita harus berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Pada bagian inti sosialisasi juga disampaikan mengenai pemilihan obat yang tepat untuk penyakit yang umum ada di masyarakat seperti batuk, flu, dan penyakit kulit.
Antusiasme dari warga terlihat dari banyaknya pertanyaan seputar penggunaan obat yang sering salah kaprah di masyarakat. Pada sosialisasi ini, warga masing-masing mendapatkan leaflet sebagai bekal untuk masyarakat dalam ber-”swamedikasi”. Dengan demikian, harapannya praktik swamedikasi tidak hanya tepat, namun juga dapat berkelanjutan untuk mencegah komplikasi dan meringankan beban layanan kesehatan. [Humas Fakultas MIPA UNS]