Tim Riset Ekologi FMIPA UNS Melatih Santri Pondok Pesantren Imam Syuhodo Mengelola Sampah Organik

FMIPA UNS – Tim Riset Ekologi Ilmu Lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bekerja sama dengan Majelis Lingkungan Hidup (MLH) Muhammadiyah Cabang Blimbing Sukoharjo mengajak santri dan pengelola Pondok Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo untuk mengelola sampah organik.  Kegiatan dilaksanakan pada hari Jum’at (31/10/2025) bertempat di kompleks Pondok Pesantren Imam Syuhodo, Blimbing, Polokarto, Sukoharjo diikuti oleh santri sebanyak 70 siswa tingkat SMA. Turut hadir sejumlah guru dan juga pengurus MLH Muhammadiyah Cabang Blimbing.

Kegiatan ini didasari bahwa kerusakan lingkungan hidup semakin mengkhawatirkan, baik di darat, air, maupun udara dan perlunya pendidikan tentang lingkungan sejak dini, terutama di lembaga-lembaga pendidikan salah satunya pesantren. Pesantren adalah lembaga pendidikan yang khas Indonesia yang pertumbuhannya sangat cepat.  Pengelolaan lingkungan di pesantren salah satunya adalah bagaimana mengelola sampah organik.

Hal ini penting untuk menjaga lingkungan dan mengurangi dampak perubahan iklim. Prosesnya dimulai dengan pemilahan sampah organik seperti: sisa makanan, daun, dan bahan organik lainnya dengan sampah non-organik seperti plastik, kertas, logam, dan kaca.

Tim Riset Ekologi FMIPA UNS terdiri dari: Dr. Irfan AN, M.Ag., Dr. Muhammad Indrawan, M.Si, Titi Wahyuni, M.Sc., Prof. Dr. Sunarto, MS.,  Sapta Suhardono, M.Sc., Ahmad Dwi Setyawan, M.Si., dan Ardita Ayu Wulandari (mahasiswa berpresati Prodi Ilmu Lingkungan).

Menurut Ketua Tim Pengabdi, Dr. Irfan AN, M.Ag., iman sebagai pokok utama dalam Islam harus berdampak melalui implementasi dalam kehidupan sehari-hari berupa perilaku ramah lingkungan. Keislaman seseorang tidak hanya dilihat dalam ibadahnya kepada Tuhan, berupa shalat, tapi juga dilihat dari perilakunya terhadap lingkungan. Maka pendidikan tentang pemeliharaan lingkungan merupakan bagian tak terpisahkan dari Pendidikan agama.

“Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam harus berada di garda terdepan pelaksanaan ajaran Islam tentang kepedulian terhadap lingkungan. Allah sudah menciptakan bumi dengan sebaik-baiknya, untuk dinikmati, bukan untuk dirusak, apalagi kerusakan itu diwariskan untuk generasi medatang”, ujar Dr. Irfan.

Sementara menurut Dr. Indrawan, M.Si., banyaknya jumlah santri yang tinggal di asrama tentu menghasilkan sisa makanan yang tidak sedikit.  Hal tersebut mestinya dikelola dengan baik, sehingga santri berkontribusi dalam pengelolaan lingkungan berkelanjutan. Menurutnya, proses pengelolaan dimulai dari pemilahan, selanjutnya adalah pengomposan. Kompos adalah proses alami dimana sampah organik diurai menjadi pupuk yang berguna. Untuk melakukan pengomposan perlu mengumpulkan bahan organik dalam sebuah komposter. Komposter harus memiliki ventilasi yang cukup, dan dipastikan bahwa campuran bahan coklat (seperti daun kering) dan bahan hijau (seperti sisa makanan) seimbang.

Senada dengan Dr. Indrawan, Titi Wahyuni, M.Sc. dalam uraiannya mengatakan, bahwa santri harus membiasakan hidup sehat, dan mengurangi pemborosan air dan makanan. Kelola  makanan dengan baik agar tidak menghasilkan limbah organik yang berlebihan. “Pengelolaan sampah organik sangat penting, dan santri harus berpartisipasi aktif dalam pengurangan sampah organik,” ujar Titi Wahyuni

Sejalan dengan pengelolaan sampah organik, santri juga diberi pelatihan budidaya maggot. Santri diajari langkah-langkah yang diperlukan untuk menghasilkan larva lalat tentara hitam yang bernutrisi tinggi, yang dapat digunakan dalam berbagai aplikasi yang mendukung keberlanjutan dan pengelolaan limbah. Proses dimulai dengan pemilihan kontainer dan lokasi yang tepat, dengan ventilasi yang baik menjadi langkah awal yang penting dalam menciptakan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan manggot.

Para santri juga diberikan motivasi untuk senantiasa bersemangat dalam menjaga lingkungan pesantren dan peduli terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini.  “Santri pesantren Imam Syuhodo harus menjadi pelopor dalam membangun kesadaran peduli lingkungan di masyarakat,” ungkap Ardita Ayu Wulandari, salah seorang mahasiswa Prodi Ilmu Lingkungan.

Kegiatan workshop ditutup dengan menyumbangkan beberapa media yang diperlukan untuk budidaya maggot bagi para santri dan masyarakat di sekitar pondok pesantren yang berminat untuk merintis budidaya maggot, berupa kontainer, bibit larva dan media lainnya.  [Humas Fakultas MIPA UNS]

Scroll to Top