FMIPA UNS – Manajemen sampah di perkotaan harus mulai dari masterplan persampahan, kemudian dilanjutkan dengan studi kelayakan. Setelah itu dilakukan pembuatan DED (Detail Engineering Desain).
Demikian disampaikan oleh Hans-Joachim Alfeld dari Senior Experten Service Germany dihadapan mahasiswa Program Studi Ilmu Lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta pada hari Kamis (20/02/2020) di R. Aula Gedung C FMIPA.
Materi ini disampaikan oleh Alfeld dalam rangka kuliah umum manajemen sampah. Masih menurut Alfled, persoalan sampah yang kompleks tersebut dalam manajemennya dapat dibagi menjadi 5 apsek : regulasi, kelembagaan, teknis (teknologi), finansial, dan peran serta masyarakat.
Sementara itu menurut Dr. Prabang Setyono, M.Si, untuk mencapai pelayanan persampahan yang optimal, sudah waktunya ada perubahan paradigma pengelolaan sampah kota. Paradigma transformatif dimaksud adalah konsep pengelolaan sampah kota yang dapat mencegah atau meminimalkan timbulnya pencemaran dan dampak negatif lainnya yang merugikan masyarakat dan lingkungan hidup.
Lebih lanjut Prabang mengatakan, pijakan awal yang sangat penting dalam merubah paradigma ini adalah merubah kebijakan ke arah minimalisasi sampah pada sumbernya, bukan pada pembuangannya.
Dari pijakan diatas maka dikenal dengan istilah Produksi Bersih ( Clean Production). Dimana Produksi Bersih ini merupakan salah satu pendekatan untuk merancang ulang industri yang bertujuan untuk mencari cara-cara pengurangan produk-produk samping yang berbahaya, mengurangi polusi secara keseluruhan, dan menciptakan produk-produk dan limbah-limbahnya yang aman dalam kerangka siklus ekologis.
Setelah kuliah umum dilajutkan dengan kujungan ke Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Teknologi Plasma TPA Putri Cempo Surakarta dengan didampingi oleh beberapa dosen Program Studi Ilmu Lingkungan. [MnR/MIPA]