FMIPA UNS – Peneliti sekaligus dosen dari Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) memberikan pelatihan dan pemasangan early warning system (EWS) tanah gerak di wilayah Kabupaten Karanganyar. Acara pelatihan dilaksanakan di Aula Balai Desa Koripan Kecamatan Matesih Karanganyar pada hari Kamis (7/11/2019) dengan dihadiri oleh pemerintah desa dan ketua RT/RW.
Bersamaan dengan itu juga dihibahkan sebanyak 100 unit sensor portable dan dua unit sensor tanam perangkat EWS untuk tanah bergerak ke 11 desa di enam kecamatan rawan longsor yang ada di Kabupaten Karanganyar. Dengan dibagikannya alat tersebut, diharapkan masyarakat di daerah tersebut bisa melakukan tindakan secara cepat dan tepat saat perangkat memberi sinyal tanda bahaya.
Untuk EWS indoor dipasang di dalam rumah, tepatnya di retakan dinding. “Saat terjadi pergerakan tanah, retakan itu semakin melebar. Alatnya (EWS indoor) yang kita pasang akan mendeteksi dinding merenggang dan memicu sinyal tanda bahaya,†ujar Ahmad Marzuki, dosen sekaligus peneliti FMIPA UNS di Balai Desa Koripan, Matesih Karanganyar.
EWS yang ditempel di dinding (indoor) itu berbentuk kotak berisi rangkaian panel dengan tenaga baterai kering. Baterai ini disinyalir mampu bertahan hingga dua tahun. Tinggi atau rendahnya bunyi EWS menandai kekuatan pergerakan tanah. Dihadapan pemerinta desa dan ketua RT / RW yang hadir di balai Desa Koripan, para peneliti menjelaskan cara kerja EWS dan penggunaannya.
Sementara itu, Dekan FMIPA UNS Drs. Harjana, M.Si., M.Sc., Ph.D mengatakan bahwa bantuan yang diberikan merupakan bentuk tanggungjawab para peneliti yang telah menerima dana penelitian. Wilayah rawan longsor di Karanganyar sengaja dipilih untuk menyalurkan bantuan tersebut karena dekat dengan UNS.
“Kita ingin memberikan manfaat kepada wilayah di sekitar UNS terlebih dahulu, seperti di Karanganyar. Kalau dirasa sudah cukup, baru ke luar,†ujar Dekan.
Adapun untuk dua EWS tanam dipasang di luar ruang. Pemasangannya diperkirakan Januari 2020 ke Desa Tengklik, Tawangmangu dan Desa Koripan, Matesih. Hal ini masih menuggu proses pengadaan alat, karena termasuk buan barang yang murah. [Mnr/MIPA]