FMIPA UNS – Sebagaimana diketahui bahwa Program Studi (Prodi) Biologi banyak melakukan praktikum di lapangan. Untuk membekali mahasiswanya dalam mengantisipasi hal-hal yang terjadi pada praktikum lapangan, Prodi Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menyelenggarakan Workshop Penanganan Ular. Karena sebagaimana diketahui, bahwa praktikum lapangan memerlukan keselamatan kerja yang lebih ekstra untuk praktikan termasuk diantaranya adalah penanganan hewan liar seperti ular.
Workshop yang diselenggarakan pada hari Selasa (27/8/2024) bertempat di Aula Gedung C Fakultas MIPA UNS bekerjasama dengan Yayasan Sioux Ular Indonesia. Kegiatan ini diperuntukkan bagi mahasiswa baru Prodi Biologi.
Yayasan Sioux Ular Indonesia merupakan lembaga swadaya yang beranggotakan para pecinta ular. Sioux didirikan pada tahun 2003 dan berubah menjadi yayasan pada tahun 2010. Sioux aktif memberikan edukasi mengenai ular, termasuk penanganan, penyelamatan, hingga cara mengatasi ular saat masuk ke rumah.
Maula Haqul Dafa, salah satu trainer Yayasan Sioux Ular Indonesia dalam workshop mengatakan bahwa kita tidak dituntut untuk menghilangkan rasa takut terhadap ular, tapi yang terpenting adalah bagaimana mengendalikan rasa takut. Sehingga ketika nanti bertemu dengan ular di lapangan, tidak membuat sikap yang membahayakan. Karena setiap jenis ular mempunyai karakter yang berbeda. Masih menurut Dafa, ular itu mempunyai beberapa indera untuk mengidentifikasi lawan yang dianggap membahayakannya, mulai dari indera penglihatan, indera pembau, indera pendengaran, indera panas atau termosensor.
“Kami tidak menuntut kalian untuk menghilangkan rasa takut terhadap ular, tapi yang terpenting adalah bagaimana mengendalikan rasa takut, sehingga ketika bertemu dengan ular tidak membuat sikap yang membahayakan,†terang Dafa.
Peserta juga diberi edukasi tentang jenis-jenis ular beserta penanganannya jika terkena gigitan, semburan atau belitannya. Ada beberapa sebutan umum untuk jenis ular, yaitu ular tidak berbisa, ular berbisa menengah, ular berbisa tinggi dan ular besar atau pembelit. Masing-masing perlu penanganan yang berbeda jika terkena serangan ular tersebut.
Untuk ular tidak berbisa, penanganan medisnya minimal atau tidak perlu sama sekali. Sedang untuk ular berbisa menengah maupun berbisa tinggi maka harus mendapat perhatian yang serius dan dianggap situasi gawat darurat. Karena efek kepada manusia bisa berupa potensi luka permanen, kecacatan hingga bisa menimbulkan kematian.
Diharapkan dari kegiatan ini para peserta, dalam hal ini mahasiswa baru dapat bersikap bijaksana dan lebih berhati-hati ketika melakukan praktikum lapangan. Menggunakan alat pelindung diri seperti sepatu boots, pelindung kepala atau topi dan baju lengan panjang adalah suatau keharusan demi kemanan kita bersama. [Humas Fakultas MIPA UNS]