FMIPA UNS — Empat orang mahasiswa S-1 Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta membuat inovasi pengobatan Diabetes Melitus. Inovasi tersebut menggunakan teknologi Microneedle Transdermal Patch yang berisi senyawa 11 beta dan 13 dihydrovernolide dari tanaman daun afrika. Mereka adalah Amalia Daryati, Meila Tunjung Suryaningrum, Ahmad Prakoso, dan Ikke Rahmandita.
Amalia dan timnya memanfaatkan tanaman daun afrika yang banyak dijumpai di lingkungan sekitar secara lebih canggih dan praktis. Inovasi baru tersebut dilatarbelakangi karena keprihatinan rendahnya kepatuhan mengonsumsi obat bagi para penderita Diabetes Melitus.
“Kepatuhan konsumsi obat merupakan tonggak utama keberhasilan pengobatan penyakit, khususnya Diabetes Melitus. Faktor ketidaktepatan bentuk sediaan yang diberikan dan faktor lupa karena umur menjadi salah satu penyebab menurunnya kepatuhan minum obat. Sediaan yang mudah dipakai dan nyaman serta dapat memberikan efek terapi dalam jangka yang cukup panjang merupakan sebuah solusi yang sangat dibutuhkan saat ini,†jelasnya, sebagaimana dikutip dari laman uns.ac.id pada Rabu (30/11/2022).
Amalia dan timnya tersebut tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM RE) di bawah bimbingan apt. Syaiful Choiri, S.Farm., M.Pharm.Sci.
“Sistem microneedle dapat membuat obat mampu menembus lapisan stratum corneum kulit dan selanjutnya melebur sehingga zat aktif yang di dalamnya dapat keluar dari sistem dan masuk ke peredaran darah. Selain itu, senyawa yang sifatnya nonpolar dibuat menjadi sistem nanoemulsi yang dapat meningkatkan permeabilitas senyawa 11 beta dan 13 dihydrovernolide,†terangnya.
Sistem microneedle tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan ketidakpatuhan pasien dalam mengonsumsi obat utamanya pada terapi jangka panjang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim PKM RE FMIPA UNS ini menunjukkan bahwa nanopartikel patch transdermal nanoemulsi menunjukkan penurunan yang lebih baik, yaitu sekitar 60% dari kadar glukosa awal dibanding kelompok dengan patch transdermal non nanoemulsi yang hanya turun sekitar 20%. [Humas FMIPA UNS]
Sumber : uns.ac.id