Masyarakat dunia mulai mengenal teknologi nuklir berawal ketika bom nuklir bernama little boy dan fat man dijatuhkan di kota Hiroshima dan Nagasaki Jepang pada tanggal 6 dan 9 Agustus Tahun 1945. Sejak saat itu, ilmuwan terus melakukan riset mengenai teknologi nuklir. Dan ternyata teknologi baru ini bisa diaplikasikan untuk kesejahteraan manusia.

Dilatar belakangi oleh hal tersebut, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema “Teknologi Nuklir untuk Kesejahteraan Manusia.” Acara yang diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis UNS ke-42 pada hari Senin (5/3/2018) di Aula Gedung C FMIPA menghadirkan pembicara Kepala Badan Pengawas Teknologi Nuklir (BAPETEN) dan ketua Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) Yogyakarta.

Seminar ini diselenggarakan sesuai dengan komitment UNS untuk bersama sama memajukan teknologi nuklir terutama  arah riset di bidang nuklir dan aplikasinya dengan partner dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) maupun BAPETEN.

Rektor UNS dalam sambutannya dalam hal ini diwakili oleh Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Sutarno menyampaikan bahwa beberapa bentuk dukungan UNS terhadap perkembangan teknologi nuklir diantaranya adalah menjalin kerjasama dengan BATAN, BAPETEN dan juga melakukan penelitian tekait pemanfaatan teknologi nuklir untuk tujuan kesejahteraan masyarakat diantaranyabidang energi, pangan, kesehatan, industri, obat-obatan.

Di bidang pangan, UNS mengembangkan pemuliaan padi hitam (Oriza Sativa L) menggunakan iradiasi gamma. Meski beras hitam masih asing di kalangan masyarakat, namun dari penelitian diketahui bahwa beras hitam terbukti mengandung banyak gizi yang baik untuk kesehatan tubuh diantaranya adalah antosianin yang berfungsi berfungsi sebagai antioksidan dan antikolesterol bagi tubuh. Disamping itu juga kandungan zat besi beras hitam tiga kali lipat dibanding kandungan zat besi pada beras putih.

Sementara itu, Prof. Dr. Jazi Eko Istiyanto mengatakan bahwa BAPETEN sebagai badan pengawas tenaga nuklir punya kewajiban untuk mengawasi pemanfaatan tenaga nuklir yang efektif serta terwujudnya regulasi ketenaganukliran yang berkualitas.

“Semua pihak yang terlibat dalam pemanfaatan teknologi nuklir dalam pengawasan BAPETEN”, ujar Prof. Jazi. Sehingga teknologi nuklir yang dimanfaatkan oleh mereka sepanjang dalam pengawasan dan memenuhi standar BAPETEN bisa dikatakan aman.

Diantara institusi yang memanfaatkan teknologi nuklir adalah rumah sakit, industri migas, industri nuklir, tidak terkcuali BATAN.

 

Hadir pula sebagai nara sumber adalah Edy Giri Rachman Putra, Ph. D, Ketua STTN Yogyakarta. Materi yang disampaikan adalah Pemanfaatan iradiator Gamma untuk perkembangan IPTEK. Saat ini fasilitas pembelajaran dan riset di STTN cukup mewah dan lengkap, dan diharapkan terbuka akses seluas luasnya bagi sivitas akademika UNS untuk kegiatan pembelajaran dan riset bersama.

Pada kesempatan ini juga ditandantangani Perjanjian Kerjasama antara STTN dan FMIPA UNS.

Meskipun baru ditandatangi  hari ini, namun kerjasama telah direalisasikan dengan beberapa kegiatan, antara lain sharing pengajar pada pelatihan PPR, disertai juga penggunaan alat ukur dan detector dari STTN.

Setelah acara seminar dilanjutkan dengan sharing session antara peneliti UNS dengan peneliti dari STTN guna untuk meningkatkan kerjasama penelitian. [Mnr]