Menuju Desa Bersih dan Ramah Lingkungan, RG Biodiversitas FMIPA UNS Mengadakan Pelatihan Pengolahan Limbah Dapur dengan Keranjang Takakura bagi Warga Doplang, Karanganyar

FMIPA UNS – Grup Riset Biodiversitas Program Studi (Prodi) Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) mengadakan kegiatan penyuluhan dan pelatihan komposting limbah dapur skala rumah tangga menggunakan keranjang Takakura di Dusun Sidomulyo, Desa Doplang, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

Kegiatan ini diselenggarakan pada 20 Juli 2025 dan dihadiri 40 peserta yang terdiri dari anggota PKK, pengurus RW serta pengurus RT 1 dan RT 2 Dusun Sidomulyo. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi langsung tentang pengelolaan sampah organik rumah tangga khususnya limbah dari dapur dan sisa makanan. Limbah tersebut dapat dimanfaatkan menjadi kompos melalui metode Keranjang Takakura yang sederhana, murah, dan ramah lingkungan.

Keranjang Takakura adalah metode pengolahan sampah organik menjadi kompos yang ditemukan oleh Koji Takakura, seorang peneliti asal Jepang. Metode ini menggunakan keranjang berlubang sebagai wadah pengomposan, memanfaatkan proses fermentasi untuk mengurai sampah tanpa menimbulkan bau menyengat. Keranjang Takakura cocok untuk skala rumah tangga karena praktis, mudah, dan tidak memerlukan perlakuan khusus.

Pelatihan dimulai dengan sesi penyuluhan tentang pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga, dampak sampah organik terhadap lingkungan jika tidak dikelola dengan baik, serta prinsip dasar kerja keranjang Takakura. Kegiatan penyuluhan dilanjutkan dengan praktik pembuatan keranjang Takakura bersama-sama di Balai Kampung Sidomulyo pada tanggal 27 Juli 2025.

Materi tentang pengolahan sampah organik disampaikan oleh Dr. Nita Etikawati, S.Si., M.Si., dan tim Riset Grup dari Prodi Biologi FMIPA UNS. Dalam materinya Dr. Nita menyampaikan bahwa pengolahan sampah organik saat ini semakin mudah dan ramah lingkungan berkat metode keranjang Takakura, sebuah teknik komposting sederhana yang diperkenalkan oleh Koji Takakura dari Jepang.

Lebih lanjut Dr. Nita menjelaskan bahwa metode Takakura sangat cocok diterapkan di lingkungan rumah tangga karena tidak memerlukan lahan luas dan dapat dilakukan secara mandiri. “Metode Takakura menggunakan keranjang berlubang yang diisi dengan bahan aktif seperti sekam, dedak, dan kompos matang untuk mempercepat proses penguraian,” jelas Dr. Nita di hadapan para warga.

Menurutnya, kelebihan utama dari metode ini adalah prosesnya yang cepat, tidak menimbulkan bau menyengat, serta mudah diaplikasikan bahkan di wilayah yang memiliki keterbatasan ruang. Dr. Nita juga menambahkan bahwa penggunaan keranjang Takakura secara konsisten dapat mengurangi volume sampah organik secara signifikan, yang berarti dapat mengurangi beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

“Selain mengurangi sampah, hasil akhir dari metode ini berupa kompos yang sangat bermanfaat untuk menyuburkan tanah di pekarangan atau kebun warga,” imbuhnya.

Pelatihan komposting limbah dapur dengan keranjang Takakura secara langsung mendukung beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya yang berkaitan dengan lingkungan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan ini merupakan bentuk kontribusi aktif dunia akademik dalam mendukung pembangunan berkelanjutan di bidang pengelolaan lingkungan. Ke depan, kegiatan serupa diharapkan dapat dilakukan di dusun atau desa lain di wilayah Karanganyar dan sekitarnya.

[Humas Fakultas MIPA UNS]

Scroll to Top