FMIPA UNS – Muslimah Scientist Takmir Masjid Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta kembali mengadakan acara Diskusi Online pada hari Jum’at (9 Agustus 20240). Kali ini menghadirkan Septi Panca Sakti, S.S., B.S., M.Sc.(M.PH), salah satu muslimah Indonesia yang bekerja sebagai dosen di University of Applied Science Fulda Jerman.
Septi Panca Sakti sampai pada level seperti saat ini adalah karena termotivasi dari Q.S. Arra’d ayat 11 “… Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiriâ€. Septi menyampaikan bahwa masing-masing kita adalah Project Manager dari visi yang akan dicapai, sehingga ada plan-plan (rencana) yang perlu disusun untuk dapat mencapai target kuliah di luar negeri (Plan, Do, Check, Act). Yang tidak kalah penting adalah membuat target-target jangka pendek, menengah dan panjang.
“Semua orang memiliki potensinya masing-masing, sehingga jalan yang ditempuh untuk kesuksesan juga dapat berbedaâ€, ugkap Septi
Septi juga menyampaikan bahwa salah satu tantangan studi di Jerman adalah bahasa, karena ada beberapa level bahasa yang perlu dikuasai. Menurut Septi ada berbagai alternatif cara untuk bisa kuliah di Jerman, pertama melalui program Au-Pair. Program ini memberikan kesempatan untuk belajar bahasa dan budaya Jerman dengan tinggal bersama Gastfamilie selama 6-12 bulan.
Kedua melalui jalur beasiswa. Ada berbagai lembaga pemberi beasiswa di jerman diantaranya Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD) atau Erasmus Mundus. Kuliah Master di Jerman memiliki banyak peluang beasiswa baik dari pemerintah maupun dari universitas atau lembaga. Untuk dapat studi di Jerman melalui jalan beasiswa, maka sejak awal kuliah sudah harus mulai dipersiapkan yaitu nilai, pengalaman sebagai asisten dosen, pengalaman organisasi, softskill yang lain. Selain jalur beasiswa, kita dapat apply langsung ke universitas di Jerman dengan mencari Professor yang sesuai untuk bisa join research.
Ketiga, mencari pengalaman sebagai batu loncatan untuk studi di Jerman yaitu Ausbildung. Program ini menggabungkan teori dan praktik dengan studi di dua tempat yaitu sekolah vokasi dan perusahaan, dimana mahasiswa mendapatkan gaji dari perusahaan. Persyaratannya membutuhkan kemampuan bahasa Jerman level B2.
Keempat adalah program Freiwilliges Socialez Jahr (FSJ) di Jerman yaitu menjadi pekerja sosial di bidang kesehatan atau pendidikan. Program ini ditujukan untuk usia 18-26 tahun dengan syarat kemampuan bahasa Jerman level B1. Selain menyampaikan materi, Setpi juga berbagi pengalaman dengan memberikan petunjuk teknis dan link-link yang bisa diakses untuk informasi terkait studi maupun program-program pengayaan bahasa di Jerman. Septi mengakhiri diskusi dengan memberikan motivasi bahwa ada banyak sekali peluang studi sambil bekerja di Jerman dan kita tinggal memilih jalur mana yang akan kita tempuh. Dari diskusi online tersebut memberikan wawasan baru kepada peserta bahwa tidak hanya melalui jalur beasiswa saja yang bisa ditempuh agar dapat kuliah di luar negeri. [Humas Fakultas MIPA UNS]