Peduli Keanekaragaman Hayati Gunung Lawu, FMIPA Selenggarakan Seminar Nasional

Seminar Gunung Lawu 1

Peduli akan keanekaragaman hayati Gunung Lawu, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNS selenggarakan Seminar Nasional Sabuk Gunung Lawu.

Seminar hasil kerjasama antara FMIPA dan Fakultas Ilmu Budaya UNS berlangsung pada hari Sabtu, 22 Juli 2017 bertempat di Aula Gedung C Fakultas MIPA. Hadir sebagai pembicara adalah Drs. Yuliatmono, M.M. (Bupati Karanganyar), Prof. Dr. Teguh Supriyanto Guru Besar Ilmu Budaya dari Universitas Negeri Semarang, Dr. Agus Maryono Hidrologi dai UGM serta Prof. Dr. Sugiyarto Guru Besar Biodiversitas UNS.

Gunung Lawu memiliki makna penting untuk konservasi lingkungan terancam keberadaan ekosistem dan keanekaragaman hayati nya dikarenakan eksploitasi yang berlebihan, oleh karena itu diperlukan upaya penyelamatan ekosistem.  Menurut Prof. Sugiyarto, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan terjadi pencemaran air sungai Samin oleh bakteri koliform.

“Sungai Samin, sebagai salah satu indikator bagian atas sudah tercemar bakteri koliform. Hal ini menjadi ancaman yang luar biasa terhadap keanekaragaman hayati. Cemaran ini bisa jadi karena perkembangan pariwisata yang semakin menggila sehingga berdampak pada eksploitasi Sumber Daya Alam yang berlebihan,” demikian dikatakan oleh Prof. Sugiyarto selaku pembicara sekalius Wakil Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNS Solo.

Ia menyatakan, alih fungsi lahan menjadi perumahan juga sebagai ancaman , selain masalah terbesar yaitu swastanisasi dan eksplorisasi Sumber Daya Air dan Proyek Geothermal.

Semnas Gunung Lawu 2

Seminar yang mengambil tema “Penyelamatan Ekosistem Gunung Lawu Berbasis Budaya” sengaja dipilih karena potensi Gunung Lawu sebagai kantong keanekaragaman hayati yang tinggi dan menyimpan potensi Budaya Jawa saat ini mengalami ancaman yang luar biasa. Disamping juga untuk memberikan wacana baru mengenai penyelamatan ekosistem dengan menggunakan strategi budaya lokal.

Perlu diketahui bahwa kekayaan budaya lokal masyarakat di seputar Gunung Lawu  memiliki makna besar untuk konservasi lingkungan, dengan demikian  diharapkan menyadarkan para peserta seminar khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk tetap melestarikan budaya serta mendukung setiap usaha konservasi lingkungan Gunung Lawu melalui berbagai strategi/pendekatan.

”Sebagai akademisi kami merasa memiliki tanggungjawab pada upaya penyelamatan dan pelestarian biodiversitas atau keanekaragaan hayati yang ada disekitar Gunung Lawu,” ujar Prof. Sugiyarto.

Untuk itu pihaknya ke depan akan melakukan pendekatan budaya , karena masyarakat Gunung Lawu  juga memiliki potensi budaya kolosal yang tercermin dari karya tari , sehingga diharapkan mampu menjaga kekayaan Gunung Lawu secara mandiri. [M2]

 

Scroll to Top