FMIPA UNS – Salah satu sivitas akademika, sekaligus guru besar yang berada di Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta berbagi kisah uniknya. Prof. Drs. Sentot Budi Rahardjo, Ph.D., dosen di Program Studi (Prodi) Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UNS terkenal dengan kebiasaannya dalam mengingatkan sivitas akademika FMIPA untuk melaksanakan ibadah wajib salat. Sebagaimana dikutip dari uns.ac.id., Prof. Sentot berbagi kisahnya dalam melaksanakan kebiasaan ini.
Prof. Sentot merupakan lulusan S-3 Kimia di Flinders University, Adelaide, South Australia. Ia menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) sejak tahun 1986. Pada tahun 1996, atas permintaan rektor yang menjabat saat itu, Prof. Sentot kembali ke UNS untuk mendirikan FMIPA bersama dengan sivitas akademika lainnya. Ketika menjabat sebagai dosen, Prof. Sentot memiliki kebiasaan unik yakni mengingatkan sivitas akademika FMIPA untuk mengikuti salat berjamaah di masjid. Prinsip yang ia pegang adalah ingin memakmurkan masjid.
“Jadi, itu kan sebelum pandemi, prinsip saya ingin memakmurkan masjid. Jadi, setiap mulai azan, saya keliling dari gedung ke gedung untuk mengingatkan mahasiswa maupun karyawan. Biasanya kan waktu salat saat masuk waktu istirahat, ya kita ingatkan saja. Saya bilang ‘ayo sudah saatnya salat, pekerjaan dihentikan dulu, kita salat bersama’. Kan keliling jalan kaki sambil olahraga juga,†ujar Prof. Sentot.
Kebiasaan ini sudah dijalankannya sejak sekitar tahun 2015. Dalam membangun kebiasaan mengajak pada hal baik ini, Prof. Sentot mengaku butuh waktu dan latihan untuk berani mengajak sivitas akademika, bahkan orang yang tidak dikenal untuk melaksanakan salat. Adapun, respons yang didapatkan Prof. Sentot cukup baik dari sivitas akademika yang diajaknya menunaikan salat.
“Respons baik. Jadi, (mereka) merasa diingatkan, merasa berterima kasih diingatkan karena kadang-kadang karena pekerjaan jadi lupa diri saatnya masuk waktu salat. Kadang ada juga ruangan yang tidak bisa mendengarkan azan, itu juga harus diingatkan,†jelas Prof. Sentot.
Namun, tak hanya respons baik yang ia dapat. Pernah satu kali Prof. Sentot mendapatkan respons yang kurang mengenakkan.
“Saat itu ada tim pemeriksa keuangan atau apa gitu, di TU sana. Itu kan saya ingatkan ini sudah saatnya salat malah marah. Lalu, saya minta maaf,†kenangnya.
Guru Besar UNS yang kini berusia 66 tahun tersebut, juga turut berbagi kisah yang menurutnya lucu. Saat diingatkan salat, terdapat mahasiswa yang bersembunyi di bawah meja agar terhindar dari ajakan Prof. Sentot. Terdapat dampak baik yang dirasakan juga, ketika terdapat kumpulan mahasiswa, saat Prof. Sentot mengajak salat berjamaah di masjid, mereka akan turut serta. Menurutnya, karena mula-mula terpaksa, lama-kelamaan akan menjadi terbiasa.
Prof. Sentot merasa senang dengan kebiasaan yang telah ia jalankan. Baginya, hal tersebut memanglah kewajiban dirinya sebagai Muslim.
“Saya senang sekali karena memang kewajiban kita. Hal itu juga merupakan perintah Allah. Kita saling mengingatkan. Terkadang ketika mengingatkan salat, saya membutuhkan waktu 45 menit sampai satu jam,†jelas Prof. Sentot.
Biasanya, Prof. Sentot mengajak sivitas akademika FMIPA ketika masuk waktu salat Duhur dan Asar untuk menunaikannya secara berjamaah di masjid. Menurut Prof. Sentot, ketika seorang Muslim dapat melaksanakan salat wajib secara tepat waktu, maka hal tersebut dapat melatih kedisiplinan dalam hidupnya. Namun, Prof. Sentot juga merasa prihatin di sisi lain, saat ini menurutnya, banyak anak muda yang tidak tahu arti dari bacaan salat. Padahal, menurutnya, hal tersebut penting agar para generasi muda dapat melaksanakan ibadah salat secara khusyuk.
Sebelum pandemi berlangsung, ketika Prof. Sentot mengajar dan masuk waktu salat, biasanya ia akan mengajak rombongan mahasiswa pada kelas yang diampunya untuk melaksanakan salat bersama di masjid. Ketika pandemi ini, minim sekali kegiatan yang dilaksanakan secara luring. Prof. Sentot pun tetap mengingatkan kewajiban salat melalui grup WhatsApp yang anggotanya berisi mahasiswa, bahkan rektor.
Dalam mengarungi kehidupan, Prof. Sentot memiliki moto hidup yang menjadi pegangannya. Baginya, jika seseorang ingin berbahagia, maka cukuplah dengan menjadi sosok yang mematuhi perintah Tuhan dan menjauhi segala hal yang dilarang oleh Tuhan. Prof. Sentot juga berbagi tips agar seseorang dapat konsisten melakukan hal-hal baik, salah satunya adalah dengan memulai kebaikan yang kecil terlebih dulu hingga menjadi sebuah kebiasaan.
Berkat sosoknya yang teduh, ia pun dikenang oleh alumni FMIPA. Terdapat beberapa alumni yang datang menemuinya untuk membicarakan masalah hidup dan mendiskusikan solusinya. Di akhir wawancara, Prof. Sentot berharap agar para mahasiswa yang sudah lulus dapat menjadi orang yang taat pada Tuhan dan bermanfaat bagi kepentingan banyak orang.
“Saya ingin di masa depan, orang-orang lulusan dari sini banyak menjadi orang yang bertakwa yaitu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Jadi, kalau dia bertakwa, kalau menjabat tidak akan korupsi, melaksanakan kewajiban dengan baik, mementingkan kepentingan banyak orang, bukan kepentingan diri sendiri. Saya ingin agar mereka bermanfaat bagi orang lain,†harap Prof. Sentot. [MnR/MIPA].
Sumber : uns.ac.id