FMIPA UNS – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menambah dua orang guru besar. Mereka adalah Prof. Nuryani, S.Si., M.Si., Ph.D. dan Prof. Dr. Ir. Prabang Setyono, S.Si, M.Si. Ini merupakan kado manis dari FMIPA untuk UNS yang akan memperingati Dies Natalis ke-46 pada tanggal 11 Maret 2022. Kedua Guru Besar ini dikukuhkan dalam Sidang Senat Terbuka pada Selasa (8/3/2022) secara luring dan daring di Auditorium G.P.H. Haryo Mataram UNS.
Prof. Nuryani, S.Si., M.Si., Ph.D. merupakan Guru Besar ke-21 FMIPA UNS dan ke-246 UNS. Beliau dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Instrumentasi Medis Program Studi (Prodi) Fisika FMIPA dengan pidato pengukuhan berjudul Pengembangan Instrumentasi Medis Dengan Sistem Cerdas Berbasis Elektrokardiogram Dalam Mendukung Kemandirian Alat Kesehatan.
Sedangkan, Prof. Dr. Prabang Setyono, S.Si. M.Si., merupakan Guru Besar ke-22 FMIPA UNS dan ke-247 UNS. Beliau dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Pencemaran Lingkungan Prodi Ilmu Lingkungan FMIPA dengan pidato pengukuhan berjudul Mitigasi Pencemaran Lingkungan Dalam Perspektif SDGs (Sustainable Development Goals) Menuju Sebuah Peradaban Bangsa.
Dalam pidato pengukuhannya, Prof. Nuryani mengatakan bahwa alat kesehatan merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan di samping obat. Saat ini menurut nya, pasar alat kesehatan di Indonesia masih diramaikan oleh produk impor yang menguasai pasar hingga 92%. Untuk itulah maka dalam rangka mendorong kemandirian alat kesehatan diperlukan upaya dan inovasi yang terus menerus untuk meningkatkan kuantitas dan mutu alat kesehatan dari dalam negeri. Diantara alat kesehatan yang sangat penting adalah  electromedical devices, dimana alat ini adalah instrumen atau peralatan elektronik yang digunakan untuk keperluan medis dan perawatan kesehatan dan merupakan salah satu industri prioritas. Dan salah satu yang penting dari electromedical devices adalah elektrokardiogram.
Elektrokardiogram pada dasarnya merupakan representasi aktifitas kelistrikan jantung, sebagai resultan sinyal listrik yang berasal dari bagian-bagian jantung, yang diukur dengan aras waktu. Data elektrokardiogram dapat memberikan informasi yang terkait gangguan jantung dan gangguan tubuh lainnya yang berhubungan dengan jantung.
“Suatu sistem yang dilengkapi dengan teknik kecerdasan komputasi (computational intelligence) tertentu untuk pengolahan data elektrokardiogram dapat digunakan sebagai sistem deteksi gangguan tubuh tertentu. Kecerdasan komputasi ini dapat melakukan suatu proses pembelajaran atau pengenalan pola data elektrokardiogram, yaitu pola elektrokardiogram yang tidak normal karena gangguan tubuh terterntu dan elektrokardiogram normal,†terang Prof. Nuryani
Dengan kemampuan mengenali pola data eletrokardiogram dan kemampuan pengambilan keputusan maka sistem ini dapat memberikan informasi apakah gangguan tubuh tertentu terjadi atau tidak. Dengan demikian maka sistem ini dapat membantu pasien atau pengguna dalam mengidentifikasi gangguan tubuh tertentu dengan cepat karena sistem ini bekerja berbasis komputer.
Sistem dengan prinsip kerja di atas di antaranya adalah untuk sistem deteksi hipoglikemia (gula darah rendah) dan sistem deteksi gangguan apnea tidur obstrukrif (obstructive sleep apnea, OSA). Untuk gangguan jantung sistem ini bisa untuk sistem deteksi gangguan jantung fibrilasi atrium (atrial fibrillation atau AF) dan premature ventricular contraction (PVC).
Dalam sistem deteksi ini dapat digunakan teknik kecerdasan tertentu atau hibrida/kombinasi dua teknik kecerdasan. Diantaranya adalah support vector machine (SVM), jaringan syaraf tiruan (JST), fuzzy inference system (FIS). Teknik kecerdasan lain juga bisa digunakan untuk meningkatkan kinerja teknik kecerdasan tersebut, misalnya menggunakan teknik particle swarm optimization (PSO).
Sementara itu, Prof. Dr. Prabang Setyono, S.Si. M.Si., dalam pidato pengukuhannya mengatakan bahwa permasalahan lingkungan di Indonesia sangat kompleks karena merupakan permasalahan yang multidimensi sehingga pendekatan solusinya harus berbasis pada konteks dan konsep SDGs yang keterukuran goals-nya lebih nampak. Sepuluh besar masalah lingkungan di Indonesia saat ini meliputi sampah, banjir, sungai tercemar, pemanasan global, pencemaran udara, rusaknya ekosistem laut, sulitnya air bersih, kerusakan hutan, abrasi dan pencemaran tanah. Masalah lingkungan di Indonesia didominasi oleh pencemaran lingkungan yang meliputi pencemaran air, pencemaran tanah dan pencemaran udara. Isu yang sangat popular dalam kasus pencemaran lingkungan di Indonesia adalah permasalahan sampah sebagai hasil produksi dan aktifitas manusia itu sendiri.
Metode dalam Mitigasi Pencemaran Lingkungan dapat dilakukan dengan pendekatan SMART GOALs dimana S (Spesifik) artinya analisis kandungan bahan pencemar harus bersifat spesifik sehingga mitigasi dapat dilakukan secara spesifik sesuai karakteristiknya, M (Measurable) artinya kuantitas dan kualitas bahan pencemar harus terukur) sesuai standar yang telah ditetapkan, A (Attainable) artinya ketercapaian tujuan mitigasi bahan pencemar dari aspek ekologi dapat diukur berdasarkan ruang, spasial, budget dan metodologi, R (Relevant) artinya mitigasi bahan pencemar harus relevan dengan pendekatan metode identifikasi dan analisis berbasis sains dan teknologi terupdate dan relevan, T (Timely) artinya kompleksitas dalam kasus pencemaran lingkungan harus mempunyai neraca waktu penanganan yang jelas dan terukur sehingga GOALs (Tujuan) dalam mitigasi pencemaran lingkungan dalam perspektif SDGs dapat tercapai.
Pencemaran lingkungan merupakan fenomena yang dimulai dari sebuah proses eksploitasi, sampai pada proses produksi yang akan memberikan beban kepada lingkungan. Hal ini jika tidak dikelola dengan konsep ramah lingkungan maka akan menurunkan kualitas lingkungan yang pada gilirannya nanti akan memberikan dampak berupa bencana lingkungan akibat adanya peristiwa pencemaran lingkungan yang tidak termitigasi dengan baik.
Lebih lanjut Prof. Prabnag mengatakan bahwa, peradaban bangsa akan naik kelas ketika aspek lingkungan sudah menjadi prioritas dalam pembangunan yang berkelanjutan. Hal ini akan terukur ketika program global berupa SDGs terimplementasikan dengan baik. Sirkuler ekonomi pengelolaan sumberdaya alam berbasis SDGs seperti itulah yang akan menaikkan kelas peradaban manusia dalam suatu bangsa dari keadilan ekologi menuju keadilan Sosial yang beradab sesuai Pancasila sila ke lima. [MnR/ MPA]