FMIPA UNS – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta bekerjasama dengan Badan Pembinaan Indeologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Seminar Pancasila dengan tema Literasi Sain Untuk Membumikan Nilai-nilai Pancasila. Tema ini diambil menyesuiakan dengan tempat dan audiens peserta.

Seminar yang diselenggarakan di aula gedung C FMIPA pada hari Senin (19/8/2019) ini diikuti oleh dosen dan mahasiswa dari berbagai program studi yang ada di Fakultas MIPA.

Menghadirkan dua orang pembicara utama Mohammad Akbar Hadiprabowo, S.H., M.H. (Direktur Standarisasi Materi dan Metode Aparatur Negara BPIP) dan Prof. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc. (Hons) Ph.D dari FMIPA.

Dalam materinya Akbar menyinggung pentingnya generasi muda untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Menurut Akbar,Pancasila sebagai Leistar Dinamis, artinya kita harus menggali nilai-nilai baik yang sudah ada didalam masyarakat. Nilai-nilai baik tersebut harus menjadi dasar dan landasan untuk kita bertindak.

Mohammad Akbar Hadiprabowo ketika memberikan materi pada Seminar Nasional Pancasila di Aula Gedung C FMIPA Senin (19/8/2019)

“Pada hakekatnya Pancasila digali dari nilai-nilai yang sudah ada dalam masyarakat Indonesia, seperti gotong royong, tepo seliro dan lain-lain,” ujar Akbar.

Jadi Pancasila bukan diciptakan tapi hasil dari penggalian nilai-nilai luhur yang sudah ada.

Selain dua pembicara utama, juga menghadirkan tiga pembicara ikon yaitu Prof. Dr. Agus Budiyono, Gusnadi Wiyoga (Juara Olimpiade Internasional yang saat ini tengah menimba ilmu di Jerman) dan Hibar Syahrul Ghafur (Penemu Sepatu anti Pelecehan Seksual, Mahasiswa ITB).

Prof. Agus lebih banyak memotivasi audiens yang kebanyakan terdiri dari mahasiswa untuk terus berkarya dengan potensi yang dimilki.

Salam Pancasila, Foto Bersama dengan Peserta Seminar Pancasila Senin (19/8/2019)

Sementara Gusnadi menyatakan bahwa menurut dia yang namanya keadailan social adalah bagaimana setiap warga negara memperoleh pendidikan berkualitas tanpa memandang sosio ekonomi. Karena Gusnadi sendiri merasa bahwa meski dia berasal dari keluarga yang kurang mampu, namun dengan tekad dan semangat bisa memperoleh pendidikan tinggi bahkan saat ini tengah menyelesaian S2 di Jerman. [Mnr/MIPA]