Prof. Fitria Rahmawati Dikukuhkan Sebagai Guru Besar ke-18 Pada Fakultas MIPA UNS

FMIPA UNS – Prof. Fitria Rahmawati dikukuhkan menjadi Guru Besar pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Bidang Ilmu Kimia. Acara pengukuhan Guru Besar dilakukan secara luring di Aula Fakultas Kedokteran UNS dan secara daring dengan menggunakan aplikasi Zoom Cloud Meeting serta disiarkan langsung via kanal YouTube UNS. Pengukuhan secara luring di hadiri langsung oleh Rektor UNS Prof. Dr. Jamal Wiwoho, Senat Akademik dan Dewan Profesor pada hari Selasa (14/09/2021). Dalam pengukuhan tersebut Prof. Fitria Rahmawati merupakan Guru Besar ke-18 pada Fakultas MIPA dan Guru Besar ke-240 pada Universitas Sebelas Maret.

Menyampaikan pidato pengukuhan Guru Besar pada sidang Senat Terbuka, Prof. Fitria Rahmawati menyampaikan judul Sumber Daya Mineral Penopang Inovasi Konversi Energi Berbasis Elektrokimia. Judul ini dipilih dengan menekankan pada tiga pokok penting yaitu pemanasan global dan kebutuhan akan konversi energi bersih, konversi energi bersih berbasis sel elektrokimia, dan sumber daya mineral Indonesia sebagai penopang inovasi.

Menurut Prof. Fitria, pemanasan global merupakan isu yang sensitive.  Kenaikan suhu satu derajat diatas normal merupakan hal yang memerlukan kita untuk segera merubah aktifitasnya dalam mengkoversi energi untuk kehidupan. Sehingga efisiensi konversinya bisa menigkat sekaligus pelepasan gas-gas polutan tidak semakin besar, yang bisa meningkatkan pemanasan global di planet ini.

Dampak pemanasan Global antara lain adalah mencairnya es dikutub utara dan selatan yang berakibat naiknya permuakaan air laut, musim kekeringan yang berkepanjangan dan banjir di daerah yang belum pernah terjadi banjir sebelumnya di suatu wilayah.  Sebagaimana disampiakan oleh Prof. Fitria yang dikutip dari UNDP (United Nation Development Program ) Sustainable Development Financing Phase 2 bahwa 80 % penyebab bencana alam di Indonesia karena efek pemasanan global.

Oleh karena itu dibutuhkan teknologi konversi teknologi dengan serendah mungkin emisi karbon dioksida atau bahkan tanpa emisi karbon. Hal ini merupakan keharusan bagi keberlanjutan kehidupan di muka bumi.

Lebih lanjut dikatakan, bahwa kita mestinya mengaplikasikan secara sinergi antara energi baru terbarukan dan teknologi energi bersih tersebut, untuk mengatasi masalah yang sedang kita hadapi. Diketahui bahwa pemakaian energi baru terbarukan terkendala dengan pasokan yang ada di alam, sehingga diperukan suatu perangkat penyimpan energi atau energy storage yang sangat handal. Energy storage dimaksud adalah sel elektrokimia atau sel volta yang lebih kita kenal dengan bateray.

Sel elektrokimia merupakan teknologi konversi masa depan dikarenakan lebih efisein karena reaksinya lebih spesifik dan lebih bersih karena sangat rendah emisi karbon. Meskipun saat ini inovasi teknologi konversi energi dan teknologi penyiman energi masih dalam skala laboratorium, namun Prof. Fitria sangat yakin bahwa kedepan akan sangat berkembang pesat dan kita bisa mengandalkan sumber daya mineral bangsa sendiri untuk mampu menguasainya secara mandiri karena ditopang oleh sumber daya alam dan mineral yang sangat melimpah. [MnR/MIPA]

Scroll to Top