FMIPA UNS – Riset Grup (RG) Ekologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dibawah pimpinan Prof. Dr. Sunarto, M.S kembali melakukan kegiatan pengabdian masyarakat di Kampung Randusari RW 30 Kelurahan Mojosongo, Jebres Surakarta. Pada tahun ini RG Ekologi berinisiatif mengembangkan pakan ternak unggas alternartif dari Azzola pinnata dengan tujuan menekan biaya budidaya yang saat ini terbebani oleh harga pakan pabrikan. Hal tersebut berdasar pada fakta bahwa kebutuhan pakan ternak menghabiskan hampir 80% modal budidaya karena harus menggunakan pakan pabrik. Kondisi tersebut terungkap dari diskusi pertemuan awal dengan Ketua RW 30 Hari Karyanto dan Ketua PURSA (Paguyuban Peternakan Unggas Randusari) Wahyu Hidayat.

Ketua RW Hari Karyanto menyatakan harapan bahwa pengembangan ternak Randusari dapat didampingi secara konsisten oleh RG Ekologi UNS. Harapan ini didasari oleh kondisi bahwa Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo telah memulai operasional Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) dengan gasifikasi. Operasional PSEL akan mengurangi sumber pakan ternak sapi sekaligus kemungkinan pembatasan keleluasaan aktivitas masyarakat dalam kompleks pembuangan akhir sampah tersebut. Hal ini penting mengingat sebagian masyarakat setempat menggantungkan pendapatan pada aktivitas pemanfaatan kembali sampah di TPA Putri Cempo.

Hal tersebut disampaikan oleh Hari Karyanto pada kegiatan Focus Group Discussion yang diselenggarakan pada 20 Oktober 2022 di Randusari RW 30 Kelurahan Mojosongo, Jebres Surakarta.

Wahyu Hidayat selaku Ketua PURSA menyampaikan bahwa untuk pengembangan Azzola pinnata untuk fase awal akan difokuskan sebagai pakan ternak unggas. Unggas menjadi jenis ternak yang cukup banyak dibudidayakan oleh masyarakat Kampung Randusari RW 30 dengan proses hingga panen relative cepat. Permasalahan selama ini adalah ketergantungan tinggi pada pakan pabrik yang menyedot biaya besar dan menurunkan optimalisasi hasil panen. Harapannya pada masa depan untuk ternak lain seperti sapi juga mendapatkan program pengabdian pada masa mendatang.

Lebih lanjut Wahyu mengatakan bahwa hasil panen Azzola pinnata menggembirakan. Peternak ayam dapat memanfaatkan hasil panen sebagai pakan alternatif yang ekonomis dan ramah lingkungan. Budidaya dari HGR Ekologi juga disebut menginspirasi beberapa peternak untuk membuat bak bak baru dengan memanfaatkan ketersediaan lahan yang ada.

“Kami berharap ada inovasi lanjutan yang memungkinkan produk panen dapat dikomersialisasikan dalam bentuk basah maupun biomassa kering,” terang Wahyu

Sementara itu, Prof Dr Sunarto M.S selaku ketua RG Ekologi menegaskan bahwa implementasi budidaya Azzola pinnata menggunakan pendekatan sirkular ekonomi. Konsep tersebut ditampilkan melalui pemanfaatan lahan kosong (brownfield) warga sebagai wahana penempatan 4 bak budidaya berdimensi 200 cm x 100 cm x 50 cm. Selain itu, limbah peternakan berupa kotoran ayam dan tanah humus dimanfaatkan sebagai fertilizer dan sedimen dasar budidaya. Prof Dr Sunarto mengharapkan bahwa dengan pemanfaatan pakan ternak alternatif, biaya pakan dapat dihemat hingga 30% yang pada muaranya akan memberikan keuntungan lebih besar bagi masyarakat.

“Saya berharap dengan pemanfaatan pakan ternak alternatif, biaya pakan dapat dihemat himhha tigapuluh persen, yang pada muaranya akan memberikan keuntungan lebih besar bagi masyarakat,” ujar Sunarto

Proses penyiapan lahan dilaksanakan melalui kegiatan kerja bakti warga RW30 Kampung Randusari. Hal ini sebagai bagian kampanye peduli lingkungan yang telah berlangsung sejak tahun sebelumnya sekaligus mempererat keterikatan antara warga dengan program-program yang sedang maupun akan dikembangkan oleh RG Ekologi di RW30 Randusari. Metode yang sama juga dipilih untuk merangkai dan membangun konstruksi bak budidaya Azzola pinnata.

Hasil dari pembudidayaan Azzola pinnata mampu menekan biaya pembelian pakan ayam. Keempat bak budidaya mampu menghasilkan 75 liter Azzola pinnata basah yang dapat langsung diaplikasikan sebagai pakan ayam. Durasi panen adalah 7-10 hari dengan pemanenan dilakukan pada 75% Azzola pinnata pada bak bak budidaya. Sisanya sengaja ditinggalkan untuk periode budidaya lanjutan dengan kemampuan untuk berproduksi secara optimal selama 4-5 periode pemanenan. [Humas FMIPA]