FMIPA UNS – Besarnya minat masyarakat terhadap anggrek, menyebabkan stok tanaman ini harus terpenuhi secara kontinu, salah satu caranya melalui perbanyakan. Secara alami, perbanyakan anggrek skala masal dapat dilakukan melalui biji, akan tetapi cara ini mempunyai kekurangan dikarenakan biji anggrek sulit dikecambahkan. Berdasarkan keterbatasan tersebut, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta melakukan riset mengenai biji sintetik lapis ganda sebagai alternatif kultur in vitro pada perbanyakan anggrek.

Kegiatan ini diinisiasi oleh Ida Afriani (Biologi 2018), Faiza Aulia Rochma (Biologi 2018), Rizka Hafsah Nur Afifah (Biologi 2018), dan Alfia Laisa Zaki Affrisa (Biologi 2019) yang diampu oleh dosen pembimbing, Ari Pitoyo, S.Si., M.Sc. Mereka tergabung dalam kelompok Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Eksakta (RE) yang lolos pendanaan tahun ini.

“Mengembangkan inovasi perbanyakan anggrek dengan metode ini bisa lebih efektif baik dari segi biaya, pembuatan, dan manfaat. Teknik tersebut dikenal dengan teknik enkapsulasi,” jelas Ida pada Jumat (6/8/2021) sebagaimana dikutip dari uns.ac.id.

Teknik enkapsulasi juga dikenal sebagai biji sintetik. Biji sintetik adalah embrio somatik yang diberi lapisan pelindung dan memiliki struktur dan sifat seperti embrio zigotik.

“Biji sintetik menggunakan matrik biodegradable yang efektif untuk melindungi eksplan dari kerusakan. Material matriks yang digunakan biasanya adalah natrium alginat hidrogel karena strukturnya yang dapat menggumpal jika dicelupkan ke dalam kalsium klorida. Gambaran secara umum dari biji sintetik anggrek adalah hidrogel yang di dalamnya terdapat eksplan atau calon tanaman,” imbuhnya.

Salah satu keuntungan teknik biji sintetik adalah teknik ini sangat cocok untuk tanaman yang tidak mampu menghasilkan biji atau memiliki biji, tetapi tidak memiliki cukup cadangan makanan seperti anggrek.

“Keuntungan lainnya dari biji sintetik yaitu dapat dimanfaatkan untuk penyimpanan benih atau bibit dalam waktu lama sehingga memudahkan proses distribusi dan dapat dikecambahkan sesuai keinginan. Selain itu, biji sintetik juga dapat diproduksi dalam skala besar atau industri. Harapan dari program ini adalah bisa menjadi riset andalan yang kompetitif untuk peraihan PKM dan Pimnas 2021,” pungkas Ida. [MnR/FMIPA]

sumber : uns.ac.id